Menyambut Seruan Dakwah

Menyambut Seruan Dakwah

22.41

Bismillahirrahmanirrahiim..

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal: 24)

Ikhwah fillah, Allah sudah menegaskan dalam firman-Nya untuk bersegera dalam kebaikan, dalam menyeru panggilan dakwah.

Sungguh beruntung orang-orang yang apabila ada panggilan dakwah maka segera tergerak hatinya untuk bersegera menunaikannya karena ia termasuk orang beriman. 

Namun, kesigapan dalam menyeru panggilan dakwah tersebut tidaklah seketika muncul dengan tiba-tiba melainkan karena buah dari ke-iman-an kepada sang Khalik. Kesigapan itu lahir pada orang yang menghargai waktu, tak pernah melalaikan kewajibannya dan merupakan hakikat dari pemeliharaan langsung dari Allah (Ri’ayah Rabbaniyah). 

Maka mari kita merenung sejenak. Bagaimanakah Ruhul Istijabah kita saat ada panggilan dakwah? Sudahkah kita mendapat Ri’ayah Rabbaniyah tersebut? Sebagai da’i, sudahkah kita menjadi qudwah dalam hal Ruhul Istijabah? Sudahkah kita menjadi perantara ummat dalam pewarnaan Shibgoh-Nya?

Kekuatan inilah yang membuat respon Umair bin Hamam tatkala ia mendengar sabda Rasulullah “Quumuu ilaa jannatin ‘arduhas-samawaatu wal ardl” (Bangkitlah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi). Maka ia mengucapkan “Bakh-Bakh” (ungkapan takjub terhadap kebaikan dan pahala). Semata-mata karena ingin menjadi penghuni surga, ia segera membuang beberapa biji kurma yang sedang dikunyahnya sambil berkata, “La-in anaa hayiitu hattaa aakula tamaraati haadzhi: innahaa lahayaatun thowilah.”(jika saya hidup sampai selesai makan kurma-kurma ini, oh betapa lamanya). Lalu ia maju hingga gugur di perang Badar.

Begitu bersegeranya Umair bin Hammam saat mendengar sabda Rasulullah. Namun bagaimana dengan kita? Sudahkah kita seperti itu?

Sementara, bagaimana ummat kita akan menyentuh ummat, jika para da’i/ah nya saja tidak bersegera dalam menyambut dakwah? bisa saja ummat berkata “ah para da’i dalam acara tersebut saja berleha-leha dalam menyiapkan agenda kebaikan itu. Bagaimana kami akan hadir jika para da’inya tidak bisa menjadi contoh yang baik. Naudzubillahi min dzalik..

Ikhwah fillaah.. sebanyak apapun tugas kuliah kita saat ini, segarang apapun dosen kita saat ini, sesibuk apapun kita saat ini, apapun beban kehidupan dunia yang kita hadapi, apapun bentuknya, jangan sampai membuat kita kehilangan kepekaan dan kesigapan memenuhi seruan dakwah.

Ingatlah selalu kecaman Allah dan Rasulullah terhadap orang-orang munafik yang selalu mencari-cari alasan untuk menghindar dari kebutuhan berdakwah, dengan alasan telat hadir lah bahkan tidak bisa hadir. Sungguh Allah Maha Tahu, Maha Melihat dan Allah sebaik-baik saksi.

“Mereka (orang-orang munafik yang tidak ikut berperang) akan mengemukakan alasannya kepadamu ketika kamu telah kembali kepada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Janganlah kamu mengemukakan alasan; kami tidak percaya lagi kepada kamu, sungguh, Allah telah memberitahukan kepada  kami tentang beritamu. Dan Allah akan melihat pekerjaanmu, (demikian pula) Rasulnya, kemudian kamu dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. At-Taubah: 94)

Ingin berada dalam golongan manakah kita?

Oleh: Dinda (Kadept. Huda Tarbawi)