Flashback : The Wonderful Story of Youth

Flashback : The Wonderful Story of Youth

08.07

Flashback : The Wonderful Story of Youth
Oleh : Ust. Fahmi Irhamsyah

[Press Release Kajian #Sans]

Jakarta, 22 Maret 2018 – Salah satu Lembaga Dakwah Fakultas di UNJ yaitu Formasi Tarbawi, sore ini telah mengadakan kajian islam perdana umum mereka yaitu Kajian #Sans. Kajian ini dilaksanakan pada Kamis, 22 Maret 2018 bertempat di selasar Lt. 3 Mushola Tarbiyatul ‘Ilmy, Gedung Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ. Kajian ini dilaksanakan pada pukul 16.00 s.d 17.00 dalam rangka kajian mingguan yang akan selalu dilaksanakan oleh pasukan KOPHASKA yang berada di bawah naungan Departemen Syi’ar Formasi Tarbawi FIP UNJ setiap Kamis sore.
Pada Kajian Santai sore kali ini atau biasa disebut #Sans mengangkat sebuah tema yang berjudul “Flashback The Wonderful Story Of Youth”. Kajian ini diawali dengan pembacaan Basmallah dilanjutkan dengan murottal Qur’an dan sambutan sekaligus pemotongan pita sebagai simbolik oleh Mas’ul Tarbawi tahun ini yaitu Aditya Fajri. Sebagai hiburan pembuka, maka dilakukanlah stand up dakwah oleh Kholilurrohim Sutopo (Ketua BEM FIP 2016-2017) sebelum akhirnya pengisian materi oleh narasumber.
Narasumber pada kesempatan ini adalah Ust. Fahmi Irhamsyah yang memulai materi dengan menunjukkan berbagai macam fenomena-fenomena dan realitas pemuda pada zaman millennial sekarang dan zaman dahulu dari segala perspektif baik dan buruknya.
“Jika pemuda memiliki akal lemah, apa yang bisa diandalkan? Sesungguhnya pemuda memiliki akal yang tajam.”
Begitulah kutipan yang diberikan oleh narasumber. Maka dari itu salah satu tujuan diturunkan akal yang tajam yaitu sebagai
1.      Menjaga amal
2.      Menjaga agama
3.      Menjaga jiwa
4.      Menjaga harta : diturunkan syari’at membayar zakat, infaq dan lain lain
5.      Menjaga keturunan : diharamkan zina, disunnahkan untuk menikah
Setelah itu dilanjutkan dengan penyampaian berbagai macam tokoh di seluruh dunia termasuk tokoh yang mempunyai masa muda yang luar biasa masa muda nya sekaligus menjadi topik pembicaraan utama dalam kajian yaitu sosok pemuda bernama Muhammad Al Fatih.
Dikisahkan bahwa Al Fatih adalah sosok pemuda yang ketika kecil tergolong anak yang sulit diatur oleh guru-gurunya. Guru-gurunya pun takut menegurnya dikarenakan Al Fatih adalah seorang anak Sultan yang kaya. Suatu ketika sang ayah bertemu dengan seseorang bernama Syekh Syamsuddin lalu diserahkanlah anaknya kepada Syekh tersebut untuk dibenahi adabnya dan diberikan ilmu kepadanya.
Terdapat perubahan signifikan terhadap Al Fatih setelah ia diserahkan kepada Syekh tersebut,. Setiap hari ia menjadi pribadi yang semakin baik  adabnya. Diberikanlah ilmu kepadanya setelah adabnya semakin baik, dan dilanjutkan dengan memperbaiki iman sekaligus mempelajari qur’an.
Syekh Syamsuddin selalu mempunyai cara untuk memperbaiki Al Fatih muda untuk menjadi lebih baik. Salah satu caranya ialah dengan membawa Al Fatih ke benteng Konstatinopel dan memberinya tugas untuk melewati benteng tersebut. Selain itu juga diajak ke makam Ayub Al Anshori, seorang mujahid, agar Al Fatih muda selalu termotivasi hingga akhirnya ia dapat menjadi pemuda yang tangguh pada masanya.
Dibahas juga bahwasannya Nabi memberikan 2 hal kepada kita sebagai pemuda, generasi millennial yaitu
1.      Penaklukan Roma
Jika melihat keadaan saat ini:
a.       Negara di bagian Eropa sedang marak-maraknya LGBT
b.      Komunitas Islam semakin banyak
c.       Demografis penduduk Islam semakin meningkat
2.      Kebangkitan Islam
a.       Di eropa : tukang kebab di Eropa sudah berdagang sambil berdakwah
b.      Semakin banyak penghafal Al-Qur’an
Dari kisah dalam kajian ini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya persiapan kita sebagai pemuda ialah memperbaiki adab, iman, dan memperbanyak ilmu ke depannya.
Setelah penyampaian materi dilakukanlah sesi tanya jawab. Terdapat antusias dalam sesi tanya jawab ini. Dipilih 2 penanya masing masing dari ikhwan dan akhwat untuk menyampaikan pertanyaan kepada sang narasumber yang nantinya dijawab oleh narasumber.
Kajian ditutup dengan pemberian goodie bag oleh Mas’ul Tarbawi dan beberapa sambutan penutup hingga akhirnya para peserta kajian meninggalkan tempat kajian dengan tertib

24/3/2018

Yakin Bisa Sendiri, Kamu Kuat ?

Yakin Bisa Sendiri, Kamu Kuat ?

09.15

Yakin Bisa Sendiri, Kamu Kuat ?

Oleh : Lutfhi Herdiyani

[Press Release Kajian BLINK]

Jakarta, 9 Maret 2018 – Jum’at, 9 Maret 2018 adalah minggu pertama di semester baru ini. Kegiatan pembelajaran Civitas Akademika UNJ pun aktif kembali, setelah menjalani libur akhir semester 107 lalu. Organisasi kampus pun, terlihat mulai aktif melaksanakan kegiatan rutinnya. Salah satu kegiatan itu ialah Kajian Blink, yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan, Formasi Tarbawi. Kajian Islam ini dilaksanakan pada Jum’at, 9 Maret 2018, bertempat di selasar Lt. 3 Mushola Tarbiyatul Ilmy, Gedung Daksinapati, FIP UNJ. Kajian ini dimulai pada siang hari, pukul 11.00 s.d 13.00 WIB.

Pada kesempatan ini, Belajar Islam Nuansa Keputrian atau biasa disebut BLINK mengangkat tema yang bisa dibilang cukup unik. Kajian yang dipersembahkan oleh Departemen Kemuslimahan Formasi Tarbawi FIP tersebut mengangkat tema yang berjudul “Yakin Bisa Sendiri, Kamu Kuat?” Seperti kata-kata khas yang sering diucapkan oleh yang katanya Remaja Zaman Now. Narasumber yang membawakan materi dalam kajian ini pun, sangat spesial yaitu Ka Lutfhi Herdiyani (Pendidikan Khusus 2014) atau yang akrab dipanggil Ka Upi, beliau merupakan Mas’ulah Tarbawi 2017.

Ka Upi mengawali kajian dengan membahas tentang sosok perempuan, mulai dari sifatnya, hingga kemuliaan yang ada pada perempuan dalam Islam. Mengingat hari sebelum kajian ini berlangsung, ialah Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2018, kajian ini terasa sangat istimewa, karena membawakan materi mengenai fitrah perempuan dalam Islam. Wanita/perempuan adalah makhluk yang suka akan keindahan, ia ingin dihormati, dan ia pun makhluk yang sensitif.

Selain itu, dibahas pula bahwa wanita merupakan sosok yang mulia. Fitrahnya ialah mulia sebagai anak, mulia sebagai seorang ibu, mulia sebagai seorang istri, dan merupakan makhluk yang paling dilindungi, karena ia tidak diperkenankan menjadi korban perang. Oleh karena sifat dan kemuliaan seorang wanita, laki-laki diminta untuk lembut kepada wanita.

Sayangnya saat ini semakin bermunculan paham “Feminisme”, yang dalam sejarahnya merupakan wujud kemarahan kaum wanita yang mengalami kekerasan fisik, psikologis, diskriminatif, hingga adanya perbudakan kepada kaum wanita, seperti yang terjadi di Perancis, dan negara barat lainnya. Tentu saja, hal ini tidak berlaku dibeberapa negara Islam.

Perlindungan / gerakan yang dilakukan untuk menjaga hak perempuan, memang masih sejalan dengan yang diajarkan oleh Islam. Namun tentang feminisme, ia semakin memperlihatkan pertentangan dengan Islam. Mengapa? Karena adanya makna dari sebuah gender yang dapat diubah melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan, dan lembaga hukum. Feminisme dapat menuju pada LGBT pada akhirnya. Serta, adanya feminisme yang diakui oleh banyak orang merupakan pencapaian tertinggi seorang feminis!

“Tidak ada dominan laki-laki di dunia ini. Dan perempuan jadi bebas berekspresi.” Apakah benar, bila begitu? Allah ciptakan kehidupan yang berpasang-pasangan. Seperti pada Q.S Az-Zariyat [51:49], yang artinya :

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” Oleh karena itu, kita sebagai hambaNya harus menyadari bahwa Allah punya hak mengatur kehidupan hambanya. Allah yang paling tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.

Zaman mulai berubah, jangan sampai kita hanya asyik dengan dunia kita sendiri, tidak mau menambah ilmu dengan membaca, enggan berdiskusi dengan kawan, terus membudayakan sifat malas, dan hanya stuck berada di zona nyaman. Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih baik, tidak hanya sekedar mencari eksistensi pribadi, seperti suka sembarang mengunggah foto pribadi. Wahai sobat muslimah, kamu itu berharga, jangan mau sembarang dilihat banyak orang, selain kepada mahrammu.

Gunakanlah media untuk hal-hal yang bermanfaat, karena kita tidak tahu kebaikan mana yang akan diterima olehNya atau tidak. Jangan lupa, sebagai makhluk sosial kita juga membutuhkan orang lain dalam hidup. Jangan sendirian saja, berat, kamu nanti tak kuat, mari hijrah berjamaah! InsyaAllah, akan terasa lebih ringan bebanmu itu. 😊



Editor : qq