Mentoring Squad: MY INSPIRING in LIVE
Oleh Siti NurJannah, Pendidikan Luar Biasa/2016
“Jika kesan awal bersamanya sudah
menyenangkan mana mungkin hati menolak tuk berjumpa di tiap minggu bersamanya”
“Dek nanti datang ya kesini”
“Oke kak, di ikhtiarkan”
Kurang lebih seperti itulah
percakapanku pada seorang kaka yang saat itu sedang memegang amanah membina ku.
Ku ikhtiarkan datang ke tempat yang katanya amniyah itu meskipun harus
aku perjuangkan dengan ikhtiar seikhlas mungkin karena pada saat itu pun aku
sedang bentrok dengan satu agenda di Bogor. Sesampainya disana barulah ku
sadari bahwasannya kedatangan ku kesana adalah untuk perpindahan ku atau biasa
dibilang regrouping halaqoh ku.
Selepas dari agenda tersebut aku
di minta sang kaka untuk menghubungi kontak yang beliau kasih yang selanjutnya
akan menjadi orang yang di amanahkan membinaku dan akan menjadi sosok
murobbiyah penuh INSPIRING.
Maka di mulailah kisahku
bersamanya………
Awal mula ku menerima kontak
beliau adalah antara sedih dan senang, senang karena ku di satukan dalam satu
lingkaran oleh saudariku yang sejak awal memasuki dunia kampus sudah melingkar
bersamanya, akan tetapi sedih karena ku merasa “lagi-lagi pas nyaman di regrouping”.
Jujur awalnya ku enggan untuk cepat-cepat menghubungi beliau, akan tetapi rasa
malu seketika menyergap jiwa ini kala saudariku bertanya “sudah di hubungi
belum dek kak Ziah nya?”. Dengan senyum malu-malu ku jawab akan segera
kuhubungi, karena telah terlanjur berjanji jadilah aku menghubungi kaka ini,
memperkenalkan diri seperti biasanya dan disambut dengan balasan yang kurasakan
bersahabat pada saat itu. Tak lama dari setelah ku menghubungi beliau tiba-tiba
beliau memintaku “Dek bisakah jika besok liqo?” ah disitu rasanya ku terharu,
kenapa? Karena seharusnya beliau tak perlu bertanya bisa atau tidaknya
aku, karena liqo adalah kebutuhan ku, liqo adalah hal pertama yang harus ku prioritaskan,
meskipun mungkin pesan itu terkesan dadakan karena aku belum lama menghubungi
beliau, tapi lagi-lagi cara santun dan menghargai orang lain beliau inilah yang
mungkin harus ku gali ilmunya dari beliau.
Dan saat pertama kali datang ke
lingkaran baru ini canggung memang yang kurasa, aku merasa seperti anak baru
yang datang dari jauh :p mencoba berkenalan satu persatu dengan mereka walaupun
sebagian besar sudah ku kenal sebelumnya. Tak lama setelah itu tibalah sang
kaka yang ku nanti hadirnya datang, dengan seperti terburu-buru beliau duduk
dan bertanya perihal yang mana diriku, ku angkat tangan kananku sambil
tersenyum saat beliau memanggil namaku. Setelah itu mulailah beliau
menyampaikan materi yang menjadi bahasan pada saat itu, saat-saat beliau menyampaikan
materi dengan gaya nya yang khas, pada saat itulah ku akui kekagumanku pada
pemahaman ilmu beliau, bicaranya yang cepat tapi tak satupun tak memiliki makna
dari bahasanya, dengan fokus ku perhatikan tiap kata yang keluar dari mulut
beliau dan dalam hati terus saja diri ini bergumam “ya ampun ini ilmu kek
nya luas banget deh, bahasanya fasih” tak berhenti sampai di situ
kekagumanku pada beliau saat beliau izin untuk pindah ke liqo-an sebelahnya pun
lagi-lagi aku bergumam “pantesan buru-buru binaannya banyak to, kasian dia
pindah-pindah gitu pasti cape”. Yah itulah beliau murobbiyah INSPIRING ku
binaannya banyak, ilmunya luas, bahasanya penuh makna dan sikapnya yang penuh
dengan kelembutan dan kesopanan. Selain itu beliau merupakan seorang hafidzoh
yang sangat dekat dengan Al-qur’an, semenjak kehadiran beliaulah rasanya aku
malu untuk bernalas-malsan tilawah dan semangat ku untuk menghafal Al-qur’an
pun semakin meningkat. Dan juga berkaca pada sikap murobbiyah inspiring ku ini,
banyak hal yang akhirnya aku perbaiki dalam diri, mulai dari pola tidurku, tata
bicara ku, dan bagaimana aku mulai menyederhanakan tiap-tiap rasa di hatiku.
Selepas dari INSPIRINGnya beliau
yang di atas, kutemukan pula sosok penyayang dan romantisnya beliau dengan
caranya tersendiri. Pada suatu Ba’da maghrib beliau berusaha menghubungiku,
menanyai keberadaan ku, menghubungiku berkali-kali bahkan dengan bantuan orang
lain. Saat aku tersadar sosok yang tak ingin aku membuatnya menungguku mencari
ku hingga ke grup-grup, saat itu rasanya campur aduk antara panik, takut, tapi
juga senang. Ku putuskan kuselesaikan urusanku pada saat itu (meskipun belum
kelar) untuk menemui beliau, pergi dari keramaian urusanku dan mencari sosok
murobbiyah ini, sambil berjalan sambil ku ucapkan istighfar kali-kali aja
beliau mencariku karena aku berbuat khilaf (karena ngerasa) . Sesampainya aku
di hadapan beliau ku ulurkan tangan ku untuk menjabat beliau dan menuturkan
permohonan maaf karena telah membuatnya mencariku, tetapi di luar dugaan dari
tangannya itulah pula terselip embel-embel yang akhirnya aku bawa ke
rumahku disini. Melihat itu entah apa yang kurasa pada saat itu, senang sangat
pasti jika boleh ku menari mungkin ku akan menari di tengah parkiran motor kala
itu :p bagaimana tidak beliau rela-relain masak buat aku (pede dikit gak
apa-apa lah ya) J ah romantisnya beliau membuat
diriku merasa ada di hati kaka ku ini. Jazakillah khoir kaka :XD dan aku merasa
cara mu ini pun patut untuk ku contoh kak. Kehadiranmu mengajarkan ku banyak
hal dalam hidup kak.
|
Mungkin hal di atas hanya sedikit
mengenai inspiringnya, romantisnya, atau bahkan heroiknya (tanpa kenal lelah
mebina) beliau yang kuceritakan, masih banyak hal lagi yang mungkin tak dapat
kuceritakan, karena ku ingin menikmati waktu indahnya ukhuwah bersama beliau
tanpa mungkin orang lain ketahui.
Sebagai penutup: Berminggu-minggu
sudah ku melewati waktu menimba ilmu bersama beliau, makin dekat pula rasanya
hati ini untuk membuat beliau bahagia, rasanya tak ingin diri ini membuat
beliau merasa terluka tapi apalah daya khilaf ini sering kali membuatnya
mungkin merasa gagal membina hal dasar dalam diri ini, tapi proses tak berhenti
sampai disini, akan terus berlanjut bersama beliau hingga Allah takdirkan untuk
kami berpisah sejenak, dan ketika perpisahan itu datang, aku tetap sayang kamu
kak (kasih mawar :p)
Rawamangun 03 Desember
2017