Kajian Sans x PANSER sospol BEM FIP

Kajian Sans x PANSER sospol BEM FIP

04.46

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
JAKARTA  Kamis, 08 November 2018 telah diadakan kajian SANS (Santai Sore) bersama PANSER (Pekan Kajian Sospol Terkini) di Selasar Musholla Tarbawi lantai 3, Gedung Daksinapati FIP UNJ. Agenda ini dimulai dari pukul 16.00 s/d selesai. Yang dihadiri lebih dari 40 orang. Pada agenda kali ini bertema Hari Pahlawan ; The History of 10th November, dengan pembicara Ust. Ronny Setiawan.
Jika kita berbicara tentang pahlawan, maka kita tak bisa lepas dari sejarah dan jika kita bicara sejarah ada salah seorang ustadz Dr. Adian Husaini, beliau mengatakan tidak ada suatu negara/bangsa di dunia yang eksis dan bertahan keeksisannya ketika mereka  tidak menulis ulang sejarah negeri mereka. Suatu negara akan eksis dan bertahan jika mereka menuliskan sejarah negeri mereka. Karena sejarah itu seperti kita mengendarai mobil. Jika ada mobil di belakang,  agar tidak tertabrak kita melihat spion, melihat ke belakang agar kita lurus maju ke depan, fungsi sejarah. Kalau kita tengok dalam Al-Qur’anul Karim. Kita akan temukan (dimana ulama berikhtilaf) ada yang berpendapat dua pertiga dan ada juga yang berpendapat sepertiga. Dua pertiga Al-Quran itu isinya Al-Qasas (kisah). Kita dihidangkan kisah-kisah oleh Allah Subhanahu wa taala agar kita belajar dari orang-orang terdahulu yang sudah Allah tampilkan di dunia. Ketika kita ditampilkan orang-orang terdahulu, maka yang Allah inginkan dari kita adalah kita belajar dari mereka. Jadi, bukan sekedar tahu bahwa dulu ada Pahlawan Diponegoro dan sebagainya, lalu kemudian tak ada hikmah yang dapat dipetik dengan apa yang sudah mereka lakukan.
Dalam Islam apapun yang kita lakukan, kita baca, kita konsumsi, Allah ingin agar kita ada perbaikan dan belajar dari sejarah. Dalam QS. Ali Imran : 190 sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” Digaris bawahi orang yang ulul albab (berakal). Bagaimana menjadi ulul albab? Ada pada ayat selanjutnya, yaitu QS. Ali Imran : 191 (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. Jadi, dari ulul albab ini apa yang mereka lihat akan mereka fikirkan. Orang-orang yang beriman tidak lepas dari berpikir. Di dalam Al-Qur'an diulang-ulang kata afala ta'qilun, afala yaqilun, afala tatafakkarun, Allah menyuruh kita untuk berpikir. Yang pertama, maka dari itu kita tidak lepas dari berfikir. Yang kedua, jika kita tengok sejarah di negeri kita, maka banyak terjadi distorsi  dalam sejarah negeri kita. Yang membuat anak-anak bangsa tidak bersemangat dalam hidupnya.
Ternyata dahulu zaman Rasul, orang Islam, orang beriman, imannya mengantarkan mereka pada suatu pergerakan. Imannya iman yang menggerakkan, imannya yang membuat mereka menjadi beramal. Karena mereka tahu orang kafir quraisy, orang-orang yang tidak suka dengan islam waktu itu, mereka senantiasa sehari-harinya menghabiskan waktu mereka mendiskreditkan umat islam. Yang namanya perang dalam literatur bahasa, sama maknanya dengan konfrontasi. Maka pada zaman Rasul, mereka paham perang itu konfrontasi. Ketika ada satu pihak menyerang, pihak lain akan membalas menyerang. Tapi kenyataan di negeri kita hari ini ketika ada umat islam diserang namun umat islam tidak menyerang balik, karena pemahamannya dirusak.
Ketika belajar agama kepada mereka yang tidak mengerti  tentang Qur’an dan sunnah, misalnya Rasul ketika di Thaif tidak membalas menyerang, Rasul membalas dengan doa. Apa yang akan kita lakukan jika ditanyakan hal seperti: Rasul dulu di Thaif hanya berdoa, kita di dzalimi lalu mau sok sok-an melawan. Memang kita siapa? Kita bukan Rasul, Rasul aja balas dengan doa. Maka jawabannya adalah kita coba tengok, kenapa Rasul membalasnya dengan doa? Karena orang-orang Thaif baru didakwahi 2-3 hari, standarnya jika orang yang baru didakwahi tidak boleh dengan cara yang keras harus dengan yang lembut. Kenapa Rasul tak membalas? Karena orang-orang Thaif itu orang yang tidak mengerti, yang baru didakwahi oleh Rasul 2-3 hari. Maka Rasul tidak membalas dengan perbuatan, bahkan ketika malaikat penjaga gunung menawarkan Rasul, yaa Rasul sungguh jika engkau memerintahkan saya membalikkan gunung ini, maka saya akan balikkan agar masyarakat Thaif hancur lebur semua.  Rasul berkata tidak, namun beliau berdoa kepada Allah.
Mengenai sejarah negeri kita, sejarah yang tidak kongkrit dan holistik tentang negerinya karena dari dulu umat Islam diracun fikiran-fikiran yang demikian, ‘ketika kita diserang kita tak boleh balas kita cukup doakan’. Maka akhirnya sejarah negeri kita diubah agar kemudian rakyat Indonesia hilang jati diri bangsanya. Orang Islam diracun agar tidak berkutik dan tidak bergerak ketika sejarah negeri di otak-atik oleh para penguasa yang dzalim, penguasa yang ingin agar orang Indonesia kehilangan sejarah negerinya. Karena sejarah yang lurus akan mengantarkan seseorang  pada satu perjuangan yang lurus juga. Jadi, jangan heran jika hari ini orang yang berjuang itu tidak ada feelnya, karena mereka tidak mengerti sejarah bangsa mereka. Berhasilnya orang-orang di luar kita membuat sejarah negeri kita menjadi amburadul. Sehingga kita tidak tahu jati diri bangsa kita.
Sejarah negeri kita juga dirusak dengan satu ilmu yang masuk ke Indonesia, dan punya kepentingan, yaitu ilmu filsafat. Filsafat ilmu merupakan suatu ilmu yang kemudian cukup menggerus semangat kepahlawanan di negeri kita, orang-orang dibuat berfikir, tapi tidak jelas tujuannya kemana, berfikir tapi tidak jelas muaranya kemana, berfikir tapi justru malah jadi kafir. Maka ilmu ini muncul sebenarnya karena kebingungan. Dapat ditengok dalam Mitologi Yunani, karena kebingungan dan ketidaktahuan orang-orang di Yunani pada saat itu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dinyatakan pahlawan itu orang yang berani; orang yang berjuang dengan keberaniannya. Pahlawan dalam Islam maka rujukannya kembali pada sumber wahyu Al-Qur’an dan Sunnah. Seseorang dikatakan berjuang dalam sunnah dan hadits ketika dia berjuang bukan hanya keberanian nasionalisme tapi juga berjuang karena Allah subhanahu wa taala. Perjuangannya dia lekatkan dan gantungkan hanya karena mengharap ridho Allah subhanahu wa taala. Maka orang-orang yang berjuang bukan karena Allah, hanya karena keberanian atau rasa nasional maka dalam terminologi sunnah itu tidak dikategorikan sebagai berjuang di jalan Allah dalam suatu arti kepahlawanan dalam Islam.
Jika kita bicara tentang pahlawan dalam Islam, ada seorang asatidz berkata, beliau luaskan makna pahlawan dari hadits-hadits yang dikemukakan tadi, beliau katakan pahlawan itu orang yang berani dalam berjuang, dia korbankan apa yang dia punya dan ujungnya karena Allah subhanahu wa taala. Dipaparkan oleh Rasul dari hadits tadi, kita bukan sekedar tahu siapa pahlawan. Tapi Rasul ingin nilai-nilai dan semangatnya itu muncul dalam diri kita. Karena, sekarang ini orang belajar banyak hadits, namun nilai dan semangat itu tidak sampai pada ruhnya. Misal, kita miris betul dengan pendidikan kita hari ini, karena anak-anak muda jenjang SD sampai dengan SMA yang mereka sibukkan hari ini misalnya laki-laki main Mobile Legend, yang perempuan nonton K-Pop, di mana dengan aktivitas yang tidak ada manfaatnya sebetulnya menggerus semangat pahlawan dalam diri anak-anak muda bangsa kita. Hal tersebut harus jadi pembelajaran untuk kita semua.
Yang membuat miris kita lagi, anak-anak yang lulus dari SMP, SMA, mereka tidak bisa apa-apa bahkan jauh dari agamanya. Semangat kepahlawanan tidak muncul karena sejarah negerinya rusak. Kita tengok buku sejarah  yang isinya "Kegagalan Diponegoro", "Kegagalan Raden Fatah dan seterusnya. Pemuda pemudi, anak-anak muslim disajikan “kegagalan pahlawan”, yang terbesit dalam hati mereka "pahlawan Islam payah" dan akhirnya mereka mencari yang ‘selalu menang’ pada tiap pertempuran, seperti Power Ranger, Ultraman, Wonder Woman, dan sebagainya. Itu yang kemudian diinginkan oleh mereka, merubah kiblat pahlawan dari yang tadinya orang-orang yang pernah berjuang di negeri kita digantikan dengan tokoh-tokoh fiksi, yang tidak jelas ada atau tidaknya. Dan semangat ini hilang dari anak-anak muda bangsa kita sekarang.  Lagi-lagi karena sejarahnya rusak. Padahal makna kemenangan bukan dari berhasilnya membunuh orang, tapi kemenangan itu ketika kita wafat di jalan Allah, sementara ideologi kita tetap hidup, disitulah kemenangan.
Dalam buku sejarah di negeri kita kebangkitan Indonesia dimulai pada tahun 1908 dengan tokohnya yaitu, Bung Tomo. Bung Tomo merupakan seorang Mujahid yang berasal dari Surabaya. Budi Utomo waktu itu membangkitkan semangat para pejuang dalam kondisi yang cukup lemah. Namun waktu itu Bung Tomo berpikir dan menginginkan akan mengibarkan bendera Indonesia dan akan meneriakan satu kalimat yang membuat mereka bersemangat, yaitu kalimat takbir. Maka pada waktu itu orang-orang Islam atau Mujahid bangkit semangatnya karena satu kalimat yang luar biasa. Mereka sadar ketika mereka dijajah ada Dia yang lebih besar dibandingkan masalah yang sedang mereka hadapi, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mereka semua bangkit dan bangun dari kelemahan mereka, karena Allah bersama kita. Maka teriakan takbir mengeluarkan semangat mereka waktu itu. Efek dari sana menimbulkan efek domino ke pulau-pulau lainnya, maka anak-anak muda bangsa segera tergerak hatinya untuk berjuang bersama, melepaskan ego-ego mereka untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pejuang yang pertama kali membela negeri ini yaitu para santri, mereka tidak pernah disebut namanya dalam buku sejarah. Begitulah pahlawan, mereka tidak pernah disebut sebagai seorang pahlawan dan mereka juga tidak meminta untuk dituliskan namanya. Cukup kemudian nama mereka tertulis indah dalam catatan Allah dan Malaikat yang mulia. Cukup bagi mereka semangat yang mengalir ke seluruh negeri mereka berjuang walaupun sebenarnya dalam buku karangan Ahmad Mansur tentang kebangkitan dimulai dari para ulama. Dimana bukan sekedar menjadi pengajar atau guru ta'lim mereka, namun juga berjuang di jalan Allah walaupun tidak bergabung dengan kekuasaan legislatif, tetapi mereka mengawasi. M Natsir berkata, kita harus tetap pada pendirian kita yaitu negara yang beragama, di mana sebagian besar adalah agama Islam. Jika kita punya keberanian dan pengorbanan maka kita dapat disebut pahlawan.
Terdapat dua pertanyaan dari kajian yang bertema hari pahlawan : The History of 10th November
Pertanyaan pertama, terkait demonstrasi dimana sama-sama Islam, yang pertama kita membela terkait kebijakan pemerintah yang kurang benar, kedua ada kelompok Islam juga yang bilang kalau kita tidak boleh melawan Pemerintah atau Ulil Amri, bagaimana tanggapan Ustadz?
Pertama, bagaimana pandangan tentang demonstrasi dalam kacamata Islam. Demonstrasi dalam kacamata Islam memang ada perbedaan pandangan di kalangan umat Islam sendiri, ada pendapat yang paling kokoh dan ada pendapat yang paling kuat yang mengatakan bahwasanya hukum asal demonstrasi itu mubah, boleh-boleh saja. Karena dulu umat Islam itu pernah berdemonstrasi ketika umat Islam disudutkan oleh kafir Quraisy. Pada film The Message bagaimana Rasul dan para sahabat itu bergandengan tangan semua jalan bersama-sama. Dalam film The Message kita diberitahukan  tentang bahwasannya dulu Rasul dan para sahabat pernah bermudzoharoh, yaitu bergandengan tangan bersama-sama untuk kemudian menyuarakan kalimat tauhid kepada seluruh penduduk Mekah waktu itu dan bentuk mudzoharoh itu sebagai bentuk tanda umat Islam itu kuat, menandakan kita berjamaah. Jika disakiti satu maka yang lainnya akan bergerak, begitu mudzoharohnya.
Kita harus tengok fatwa-fatwa yang lain, misalnya Syekh Yusuf Al-Qaradawi, Syekh Salman Audah, Syekh Arifi. Jadi pendapat yang terkuat, berdemonstrasi itu boleh dalam Islam, karena mengacu pada hadits Rasul, beliau katakan seutama-utamanya jihad adalah menyampaikan kalimat haq kepada penguasa yang dzalim, kepada penguasa yang tirani, kepada penguasa yang mendzolimi maka kata Rasul boleh untuk menyampaikan kalimat kebenaran. Maka dari sini para ulama Al Azhar mengatakan hukum demonstrasi itu mubah selama dilaksanakan sesuai dengan koridor Islam. Caranya diatur, tidak boleh ada ikhtilat, lalu kemudian tidak boleh demonstrasi itu jadi ajang untuk berkhalwat dan seterusnya.
Yang kedua di mana ada pendapat yang mengatakan kemudian demonstrasi itu haram, menentang pemerintah/ulil amri, sebaiknya kita tengok dulu Hadits. Karena tafsir Al-Qur’an itu tidak bisa kita hanya baca Al-Qur’an kemudian kita tafsirkan langsung. Menafsirkan Qur’an itu ada tafsir Quran bil Qur’an, ada tafsir Qur’an bil Hadits, tafsir Quran bil Rayi. Tafsir Quran bil Hadits, di mana dalam hadits dikatakan “tidak ada ketaatan pada pemimpin yang bermaksiat kepada Allah”. Jadi kalau pemimpin ini sudah jauh dari Allah, kemudian kerjaannya dzolim, kebijakannya tidak pernah pro rakyat, maka kita tidak perlu patuh pada pemimpin yang seperti ini. –Kalau kata anak Sospol hanya ada satu kata, lawan!– Dengan cara berdemonstrasi, tidak bisa hanya didoakan saja. Jadi, demonstrasi itu hukumnya mubah dalam Islam selama mengikuti aturan-aturan mainnya. Pun ketika kita demo, niatkan sebagai jihad. Demo karena Allah, demo karena ingin mengingatkan pemimpin yang dzolim.

Di dunia ini, terutama Islam memang lagi diserang dengan istilah Islamophobia. Sejarahnya kalau tidak salah itu ketika tragedi WTC 911, setelah itu Islam jadi ditakuti, orang-orang takut ketika ada yang berbau dengan Islam. Apakah untuk akhirnya menghilangkan stigma tersebut butuh proses yang panjang atau tidak? Dan cara kongkrit seperti apa yang dapat kita lakukan?
Betul Islamophobia itu muncul ketika  WTC 911. Karena dalam 911 peristiwanya janggal, di mana gedung WTC berbahan baja, namun sifat baja ketika ditabrak tidak mungkin rapih begitu. Jika kita ketahui pasca gedung WTC hancur, ada suatu organisasi  yang tujuannya mengungkap kebenaran peristiwa 911. Karena orang yang tergabung dalam komunitas ini, mereka yang memiliki keluarga yang jadi korban pada tragedi tersebut, dan mereka orang-orang Amerika, bukan muslim. Tujuannya mencari kebenaran, dari kelompok bidang keilmuan yang bermacam-macam. Peristiwa ini janggal, namun karena Amerika kuasai media massa dan media apapun akhirnya kemudian mereka sampaikan kebohongan ini terus menerus.
Kata seorang perdana menteri Nazi, kebohongan yang dilakukan terus menerus lama-kelamaan akan menjadi suatu kebenaran. Dan orang menganggap Islam itu teroris, jaringan Al-Kaidah dibalik itu semua. Bahkan kemudian ketika Amerika Serikat menggantung Presiden  Irak, Saddam Husein yang dituduh memiliki senjata pemusnah masal. Namun, sesudah Saddam Husein digantung tidak pernah ditemukan senjata pemusnah masal di Irak. Kemudian media meramaikan hal yang lain, agar masyarakat  lupa tentang Saddam Husein. Seharusnya kita beramai-ramai meninggalkan media yang tidak objektif itu.
Islamophobia muncul dari Amerika Serikat dan ini bagian dari perang. Perang yang digencarkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam, yaitu Amerika Serikat, Yahudi. Mereka gencarkan ini, dengan proyek nativisme dimana kehilangan semangat kepahlawanan. Di mana kita memiliki sejarah, namun sejarah diubah. Agar kita tidak memiliki semangat kepahlawanan dan semangat juang, juga liberalisme, sekularisme, relativisme teologis, dan seterusnya. Langkah kita untuk melawan ghazwul fikri, melawan liberalisasi, sekularisasi, nativisasi, jawabannya sederhana, kita harus cerdas. Tidak boleh kemudian kita kehilangan gagasan ketika kita beradu gagasan dengan mereka.
Ketika mereka membahas filsafat, kita harus menguasai filsafat. Karena kata Imam Ar-Razi, kita akan menjadi musuh atas apa yang tidak kita ketahui dan tidak kita kuasai. Maka cara melawannya adalah kita harus cerdas, belajar dan terus belajar, insyaaAllah kita akan  kalahkan virus-virus yang merusak umat islam.
Semoga setelah agenda kali ini bertambah semangat kepahlawanan kita dan dapat kita realisasikan dengan bentuk amal-amal nyata.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Kajian SANS
bersama PANSER
2018