Wanita Guru Pertama Bagi Anak - Anaknya

21.01


FORMASI TARBAWI - jum'at (13/3) BLINK hadir dengan mengangkat tema kajian "Wanita Guru Pertama Bagi Anak - Anaknya". pada BLINK kali ini dihadiri oleh puluhan muslimah FIP dengan narasumber Ibu HARTINI NARA, M.Si. Beliau juga selaku dosen PLB menerangkan peran muslimah sebagai seorang anak, istri dan juga sebagai seorang ibu.

sebelum datang Islam wanita seolah tidak ada harganya bahkan dibunuh hidup - hidup. Islam datang memuliakan wanita, sepeti Islam menjaga kehormatan wanita mulai dari cara berpakaian.

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri - istrimu, anak - anak perempuan mu dan istri - istri orang mukmin : "hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Ahzab:59)

Peran Muslimah Sebagai seorang istri

Sesungguhnya laki - laki dan perempuan yang muslim, laki - laki dan perempuan yang mukmin, laki - laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki - laki dan perempuan yang benar, laki - laki dan perempuan yang sabar, laki -laki dan perempuan yang khusyu', laki - laki dan perempuan yang bersedekah, laki - laki dan perempuan yang berpuasa, laki - laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) ALLAH, ALLAH telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab:35)

Seorang istri merupakan sahabat bagi suaminya bahkan suami istri merupakan sahabat terdekat bagi keduanya, saling mensuport dalam kebaikan, terus belajar menjadi seorang istri yang dapat memahami keadaan suami, mendampingi suami dalam keadaan suka dan duka.

Peran Muslimah Sebagai Seorang Ibu

Seorang ibu merupakan madrasah awal bagi anak -  anaknya. Sebagai seorang ibu, muslimah harus mempunyai wawasan serta ilmu yang memadai baik ilmu agama maupun akademik. mengapa hal itu penting?

Karena awal pendidikan seorang anak diberikan oleh ibu, jika seorang muslimah sebagai ibu cerdas dan tentu saleha maka anaknya pun akan mendapatkan pendidikan yang baik.

***

Press Release BLINK 
Cara Nabi Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus

Cara Nabi Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus

02.04
Image result for anak berkebutuhan khusus
FORMASI TARBAWI - Senin (23/3) D'SALIM membahas tentang bagaimana cara nabi mendidik anak berkebutuhan khusus, bersama bang Airel. Acara ini dihadiri puluhan mahasiswa FIP.

Dalam penjelasannya bang Airel mejelaskan beberapa poin yaitu :

Kelebihan Islam dalam membahas fiqh bagi orang yang berkebutuhan khusus yaitu ada kemudahan dala menjalankan setiap kewajibannya. seperti wudhu, bagu tuna netra dibolehkan tayamun. Dan seperti sholat bagio orang berkebutuhan khusus atau sakit bisa sholat dengan duduk atau bahka jika tidak mampu duduk dengan berbaring.

berkebutuhan khusus bagi pandangan Amerika adanya perbedaan segi fisik dan mental. sedangkan dalam Islam disabilitas bahwa perbedaan ini yang membuat ia tidak bisa beraktifitas seperti biasa.

Allah berfirman Dalam Qs. At Tin Ayat 4 :

"Sungguh telah Aku ciptakan manusia dengan sebaik - baiknya bentuk"

Sesungguhnya setiap anak di lahirkan Fitrah, yang menjadikan anak tersebut nasrani, yahudi adalah orang tuanya

Fitrah dalam Islam ada 2, yaitu utama (hati) dan Sekunder (akal,fisik)

Allah juga telah berfirman dalam Qs. Al Isro ayat 70 :

"Dan sungguh, kami telah memulaikan anak cucu adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut, dan kami berikan mereka rezeki dari yang baik - baik dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

Juga dalam Qs. Al Insyirah ayat 5 dan 6 :

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"

"Sesungguhnya bersama Kesulitan ada kemudahan"

maka untuk anak berkebutuhan khusus dipermudah dalam menjalankan ibadannya tanpa dianggap diistimewakan atau tetap dianggap sama hanya caranya saja yang dipermudah"

Ada 4 cara Rasulullah dalam mendidik anak :

  1. Tidak pernah memarahi anak -  anak
  2. bersabar dalam menghadapi dan dalam mengajar khususnya cucunya
  3. mengajar dengan cara yang menyenankan
  4. lebih dahulu mengajarkan
***
Press Release dibuat oleh :
Anada Deviana
BK 2014


THOHARAH

THOHARAH

01.22

FORMASI TARBAWI - Senin (9/3) kembali hadir Diskusi Sahabat Muslim atau yang sering disingkat D'SALIM. Pada D'SALIM kali ini membahas tentang Thoharah, yang menghadirkan Ust. Iskandar Ahza, M.A sebagai narasumber. Beliau menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan fiqh thoharah.

Thoharah menurut bahasa adalah bersih atau suci, terbebas dari kotoran. secara fiqh, thoharah berarti menghilangkan suatu hadast yang menjadi hambatan tidak sahnya ibadah.

Terdapat disurat Al-Baqorah ayat 222 :

 "Allah menyukai orang - orang yang taubat dan orang - orang yang membersihkan diri"

Dalam uraiannya, Ustadz yang berasal dari Belitung ini menerangkan bahwa Islam itu bersih  

Apa maksudnya ?

Seorang muslim yang memiliki keimanan adalah orang yang menjaga kebersihan bukan hanya kebersihan fiqhnya tetapi juga sosialnya atau yang nampak di luar (dzohir). Dikatakan seorang itu beriman jika ia mampu menjaga kebersihan dirinya baik secara bathin maupun lahir.

Mantan Dekan Fakultas Dakwah di salah satu Unversitas Islam di jakarta ini memberikan contoh betapa Islam itu bersih. Seperti dalam berwudhu itu memiliki 2 hikmah yang pertama untuk rohani dan kedua menyehatkan diri kita dari berbagai penyakit. Karena itulah Islam dikatakan bersih.

Pada pemaparan di atas pertanyaan beberapa mahasiswa, Ustadz Iskandar juga mengajak berdiskusi dan mempersilahkan mahasiswa membarikan pendapat yang berbeda. Beliau menerangkan mangenai dianjurkannya untuk tidak berwudhu di kamar mandi yang terdapat tempat pembuangan kotoran berwudhu dan menutup aurat sebelum dan saat bertilawah, dan banyak lagi

Terkahir beliau menutup dengan do'a. Semoga pertemuan hari ini berbuah pahala dan menjadi pemulus jalan ke surga. 

Pesan Beliau
" Jadikan ngaji dan kajian sebagai kebiasaan...Buat diri kita kecaduan ngaji..."
*Ust. Iskandar Ahzar, M.A
***

Press Release dibuat Oleh
Esmo Nugroho
BK 2014

Karena Cintakah Kita Disini?

22.25
#Family Gathering 1.

Merangkum sedikit Taujih dari salah seorang Sarjana Alumni FIP 2015; Kak Pradipta Hendarawan Putra, S.Pd. Gr

“Bahwa bergabung dan berada di jalan Dakwah ini tidak mudah
Bahwa di jalan dakwah ini banyak lukanya
Bahwa di jalan dakwah ini banyak rintangannya
Bahwa sebenarnya, berada di jalan dakwah ini menyenangkan”

Sudah tahu jalan ini sebegitu banyak pahitnya, kenapa masih bertahan?
Atau jalan ini memang akan banyak dukanya, akankah kita masih bertahan, sekalipun raga terluka, jiwa dicerca, ditolak dan sebagainya?
Berapa tahun Rasul Saw berdakwah? Bagaimana generasi setelahnya?

“Karena Cintakah Kita di sini”? Cinta seperti apakah?
Alhamdulillah jika kita semua di sini, di jalan dakwah ini, di Formasi Tarbawi ini karena Cinta.

Jika karena cinta, maka ini sangat berhubungan dengan niat.  Mari luruskan niat-niat kita semua.
Bila niat tidak lurus, maka sedikit saja gesekan di Formasi Tarbawi akan membuat kita bermasalah.
Jika masalah internal saja sudah cukup bikin capek, apalagi masalah lainnya.
Ketahuilah, niat yang lurus akan membuat kita beroleh Bonus. Bonus bersaudara seiman, bonus link yang luas, bonus menjadi pejuang kebaikan,
atau bahkan bonus mendapatkan pasangan hidup yang sholeh/ah. Cieeh !

  Tapi, apakah bonus duniawi itu yang kau cari? Jadikanlah obsesi tertinggimu adalah akhirat.
Dengan demikian, bonus dunia akan mendatangimu. Percayalah !
Jikapun setelah niatan yang lurus masih ada hambatan yang menjadi permasalahan, maka sudah menjadi Sunnatullahnya sebuah perjalanan.
Ingatlah selalu bahwa kriteria jalan dakwah :

1. Orangnya sedikit

Perhatikanlah, betapa asingnya Islam di tengah mayoritas pemeluknya. Meski demikian,jangan minder. Karena orang yang sedikit dan asing itulah “Sang penggerak kebaikan”. Pastikan itu antum, pribadi kita masing-masing.

Berapa jumlah mahasiswa muslim FIP tahun ini dan berapa pengurus Formasi Tarbawi periode ini? 3000an banding 62 pengurus.
Nah, itu pertanda masih banyak orang-orang yang tidak sadar  berjuang untuk  dakwah islam.
Berbahagialah kita yang masih Allah berikan kesadaran bergabung di sini. Karena realitas yang ada membuktikan bahwa yang peduli akan dakwah masih terbilang sedikit.

2.  Banyak rintangan

Jelas. Berada di jalan ini, kita semua mau tidak mau suka tidak suka akan sering dihadapkan pada problematika yang menguras fikiran maupun tenaga. Oleh karena itu:

  •  Internal pengurus, perkuatlah dengan ukhuwah. Saling memahami, saling mengerti dan lebih mengenal sesama saudara/i kita yang berjuang di Tarbawi. Sudah sejauh mana kita mengenal saudar/i kita di jalan juang ini?
  •  Eksternal yang harus ditopang dengan kesolidan dan stabilitas pengurus. Ini tugas kita bersama, tidak hanya mas’ul, mas’ulah dan kaderisasi. Ini tugas kita bersama.

3. Jalannya Panjang.

Berapa lama kita akan di Tarbawi? Berbatas bukan? Sepanjang perjalanan itu suatu waktu kita akan berdecak tanya:

  •  Kok pengurusnya kian sedikit?
  • Kok perjalanannya berasa lama?
  • Loh kok, kok kok…

Ingatlah lagi, jika jalan ini tak panjang, niscaya akan banyak yang bertahan dan istiqomah hingga akhir. Untuk itu, kita perlukan bekal yang memadai sepanjang perjalanan:

  • Luruskan niat. Jadikan adanya kita di sini bukan karena si’dia’ si’siapa’ namun semata-mata karena Allah, untuk Allah, cinta akan dakwah miris karena kondisi kekinian islam di wajah pemeluknya yang ‘asal-asalan’.
  • Bangun kedekatan kita terhadap Allah. Bukankah Allah akan menolong orang-orang yang menolong agamaNya?
  • Benahi diri. Jadilah teladan dalam kebaikan. Fastabiqul khoirot sekecil apapun, mari berlomba dalam kebaikan.
  • Eratkan ukhuwah. Kenali saudara/i kita lebih dekat. Mungkin ini akan berat bagi hati yang jarang terasah untuk peka. Hanya ingin “diperhatikan jarang sekali “memperhatikan”. Itu egois. Jadi jangan terlalu berlama-lama dalam keegoisan. Biasanya, semakin baik keimanan seseorang akan berefek pada ukhuwahnya, persaudaraannya. Semoga kita termasuk sosok yang bagus keimanannya. Aamiin ya Rabb.



Ragunan jelang siang, 29 Maret 2015

---Ka.Katar 1436---

#MengajakMembinaMenjagaMewarisi