Ku Sebut Ia Lingkaran Cinta

03.13

Lingkaran Cinta, begitu aku menyebutnya. Wiw, lingkarannya penuh dengan cinta dong? Ya tentu.
Salah satu sunnah Rasul dalam konteks Tarbiyah. Dulu, sepengetahuanku Rasul mengumpulkan para sahabat dengan pola lingkaran untuk proses Tarbiyah. Bayangkan saja, zaman Rasul dulu 'kan ndak ada papan tulis, meja, kursi, laptop, proyektor, dan media keren seperti sekarang, bukan?

Liqo' namanya, atau lebih nyaman ku sebut dengan "Lingkaran Cinta". Liqo' yang berdasar manhaj ahlussunnah loh ya. Aku tak 'kan bahas liqo' yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok dan golongan tertentu.

Liqo' dipimpin oleh seorang Murobbi/yah. Mungkin kalau level-an kampus, Murobbi/yah ini lebih disenangi kalau berasal dari 1 jurusan atau sesama aktivis. Loh kok gitu? Karena pastinya akan lebih memahami si mentinya.

Seperti Aku, Murobbiyah ku adalah salah satu kakak tingkat ±3 tahun diatasku. Beliau juga termasuk aktivis 'jempolan' menurutku. Dan bahagianya tersadar bahwa, Allah menempatkan diri ini disekitar muslimah-muslimah hebat. Dan dalam lingkaran inilah aku semakin temukan cinta-Nya. Bukankah dalam lagu Obat Hati berteman dengan orang-orang shalih/ah menjadi salah satunya?

Lingkaran Cinta..
Yang dimana saat kau tak pernah membaca KitabullAh, sekurang-kurangnya kau akan membacanya dalam jarak waktu 1 minggu 1 kali? Di Lingkaran Cinta..
Yang mana selama ini kau lemah, rapuh, rusak, dan kau lihat hatimu merengek lelah karena semua masalah. Apa yang kau dapat dengan semua temanmu diluar sana? Aku bisa menebak bahwa pasti teman-temanmu akan menghiburmu, mengatakan "Sabar ya, Teman", mungkin sekedar mendengar ceritamu, mengajakmu makan, tertawa bercanda ria, ya kalau mau romantis sedikit mungkin dinyanyikan lagu dengan gitar 'kan? Tapi apakah itu ketenangan batin yang sesungguhnya? Sayangnya ketenangan batin itu kupastikan akan kau dapat jika kau bisa lebih dekat denganNya, sang Maha Segalanya. Jawab saja iya atau iya. Lalu dimana kau bisa temukan itu semua? Di Lingkaran Cinta..

Teman, Lingkaran Cinta selalu di isi dengan segala cinta milik sang Maha Cinta. "Ah yaudah keleus, urus aja diri lau sendiri". Masuk surga memang sangat sangat di dambakan, Teman. Tapi kalau surga yang sebegitu luasnya bahkan Allah katakan harumnya sudah tercium dengan jarak sekian-sekian jauh (wallahua'lam) hanya dinikmati sendirian tanpa orang-orang yang kita sayang, apa rasanya?

Lalu buat apa ada istilah pertemanan dilihat dari temannya? Berteman dengan siapa? Penjual minyak wangi atau seorang pandai besi? Aku yakin teman-teman sudah cukup dewasa untuk memaknai itu.

Lalu melalui apa iman kita bisa terjaga sedang kegiatan dikampus lebih dari 12 jam bagi para aktivis?
Lalu melalui apa hati kita selalu bisa di 'sentil' jika hanya fokus dengan akademik yang harus menegangkan mata berhari-hari?
Lalu siapa yang akan mengajak kita kembali ke 'jalan pulang' jika kita berkutat dengan teman yang tidak punya 'peta' menuju 'rumah'?
Apa.. Lingkaran Cinta.
Siapa.. Si-Lingkaran Cinta.
Dimana.. Di-Lingkaran Cinta.
Bagaimana.. Dengan-Lingkaran Cinta.

Catatan kecil ini hanya sedikit goresan tentang hati dan si Pemilik Hati. Tulisan ini hanya tentang rindu kepada si Dia yang selalu rindu. Mohon maaf jika ada yang tersinggung, karena sejatinya diri ini bukan sebaik-baiknya diri.

Aku tunggu kamu, dia, kalian, mereka, dirinya kembali ke 'jalan' menuju 'pulang'.
Semoga Allah selalu menjaga diri dan hati kita, Aamiin.

Oleh: Dewi Kusumaning Ayu (Staff Syiar Tarbawi)

Merdeka dari Kebodohan

Merdeka dari Kebodohan

15.28

Merdeka! Sebuah kata yang begitu familiar, dan kita ketahui jatuh pada tanggal 17 Agustus, yang dijadikan sebagai hari kemerdekaan.

Teringat sejarah bagaimana negeri ini mengambil kemerdekaan. Maka kemerdekaan tak bisa kita lepaskan dari kata Nasionalisme.
Rasa membela negara hingga mati.

Ahh. Seperti itu kah?
Rasanya ada yang kurang. Apakah Nasionalisme saja? Apakah hanya karena ingin mempertahankan sebuah tanah?

Ya. Banyak yang melupakan.
Dan tak pernah asik untuk dibahas di sekolah.

Yaitu sebuah semangat, yang menjadikan semangat nasionalisme menjadi sangat menakutkan.

Semangat apa??

Semangat Jihad para pahlawan. Semangat syahid para pahlawan. Bukan untuk mempertahankan sepetak tanah, tapi untuk membebaskan perbudakan di Negeri ini.

Bersyukur karena para pahlawan mengidolakan Rasulullah, mengikuti gerak Rasulullah.

Tapi sayangnya, Jihad dan syahid pada era ini dianggap sebagian orang layaknya sebuah momok penyakit yang tak boleh tersentuh, tak boleh dihirup, tak boleh disimpan, dan menuhankan demokrasi dan NKRI. Serta menuhankan apa yang dikatakan media. Merdeka dari penjajah tapi terjajah oleh keindahan kebathilan.

Teringat apa yang dilakukan Amr Ibn luhay. Beliau membawa sebuah kebathilan ke makkah. Membuat sistem kepercayaan. Dibungkus dengan keindahan logika.

"Perantara"
Manusia membutuhkan perantara untuk berdoa dan tak pantas meminta langsung kepada Allah S.W.T. Maka muncul lah Lata dan uzza sebagai perantara.

Teringat juga bagaimana indahnya dan lihainya ke logika dan permainan kata firaun mengubur dirinya dan rakyat kedalam siksa Allah
Yang diabadikan salah satu ucapannya oleh Allah dalam Alqur'an " bukankah aku lebih baik dari lebih baik dari orang ini yang tak mampu menjelaskan perkataannya.
(Q.s. zukhruuf [34] : 51-54)

Betapa logisnya ketika fira'un tau bahwa musa berbicara sedikit terbata-bata

Sayangnya era ini. Di negeri yang merdeka ini. Masih dilanjutkan dan terus bermertamorfosanya Fira'un masa kini.

Di Negeri yang merdeka ini. Bagaimana logika dituhankan. Demokrasi di tuhankan. Bahkan HAM di tuhankan.

Aku bersyukur. Karena aku masih sadar. Bahwa negara ini tak akan seperti ini. Jika tak ada semangat jihad dan syahid.

Logika.
Demokrasi.
HAM.

Yang salah diartikan. Dituhankan. Dan melihat Syariat islam laksana momok penyakit. Syariat islam sebagai penghalang kebebasan.

Maka sadarkah aku. Bahwa kondisi moral dan akhlak bangsa ini seperti apa sekarang??

Maka jawaban dari hal itu adalah.

ku ucapkan terima kasih kepada para pahlawan yang membebaskan kita dri jajahan belanda,portugis dan jepang. Terima kasih untuk para guru yang masih mau mengajar walau dihajar. Terima kasih para Murabbi dan Murabbiyah yang masih rela menghabiskan waktu, uang dan segalanya. Untuk mendidik. Menjaga moral dan akhlak para penerus bangsa ini.

Terima kasih untuk para Tirani-tirani yang mengikat negeri ini. Untuk menjauh dari islam. Menjauhkan para pemuda dengan agamanya. Membuat islam bak momok penyakit.

Tapi sadarlah. Hal itu membuat para aktivis tak akan berhenti memperlihatkan romantisme islam.

Semoga Allah memberkahi negeri ini. Di hari kemerdekaannya yang ke 71. Semoga Allah bebaskan negeri ini dari tangan para tirani. Serta kejahilan para tirani.

Aamiin Allahumma Aamiin.

Esmo Nugroho (Sekjend. Formasi Tarbawi 1437H)

Portugal Menang, Kangen Tarbawi

Portugal Menang, Kangen Tarbawi

21.06

Oleh:
Esmo Nugroho
(Sekjend. Formasi Tarbawi 1437H)

Mendengar judulnya pasti banyak yang bertanya apa hubungannya ya??

Oke kuy di simak

Final euro 2016
Portugal vs perancis

Dimana sebelum pertandingan

portugal bukanlah tim yang dijagokan dikarenakan permainan portugal yang buruk diawal kompetisi ini...

Sosok kapten yaitu ronaldo dianggap sebagai penentu kemenangan portugal
"Kalau Portugal menang pasti karena ronaldo"

Finalpun dimulai

Ronaldo yang diharapkan dan dianggap penentu bagus atau tidaknya permainan portugal memasuki lapangan

Perancis yang dihuni pemain bintang dan lebih dijagokan terus menyerang lewat aksi setiap pemain

Qaddarullah..,
Ronaldo sang kapten yang diharapkan harus keluar lapangan karena cedera

Portugal bermain tanpa kapten
Bisikan pesimis mulai terdengar oleh para pendukung portugal

Singkat cerita
Seluruh pemain portugal bisa membayar bisikan pesimis itu
Mereka bersatu
Mereka berjuang
Tanpa mengandalkan ke seseorang..
Yang ada dipikiran mereka satu...
Yaitu membela atas nama negaranya.,,

Alhasil
Portugal menjadi juara euro 2016

Terus??

Melihat hal itu..
Membuat saya berpikir dan kangen akan tarbawi..,
Allah telah memilih orang-orang yang menjadi tim di tarbawi..
Tugas tim ini.,
Sederhana.,,
Cukup satu kata...
Dakwah !!

Layaknya portugal
Tarbawi bukanlah tentang satu orang,..
Tarbawi bukanlah sekelompok orang didalam tim yang Allah pilih..
Tarbawi adalah tim yang Allah pilih...
Apa yang terjadi jika tim berharap pada satu atau beberapa orang untuk berdakwah??
(Jawab sendiri ya)

Layaknya kapten portugal yang berat diharapkan
Pada akhirnya dia juga manusia biasa.,,
Seperti halnya tim tarbawi..
Jika hanya berharap pada mas'ul tarbawi..
Sadar..,
Mas'ul tarbawi juga manusia..,

Maka dari itu.,,
Rasanya kangen tarbawi melihat pertandingan pagi tadi...
Kangen akan perasaan saling memiliki..
Kangen akan perasaan menjadi sebuah tim..,
Untuk akhirnya membayar kepercayaan Allah yang memasukan kita didalam tarbawi..,

Di awal pertandingan dan di akhir pertandingan...
Ronaldo dan lainnya menangis...
Pertama kesakitan dalam berjuang..,
Terakhir karen keberhasilan menjadi juara atas ikhtiar tim yang dipimpin...

Ana jadi membayangkan kita melakukan hal yang sama.,,
Merasakan perjuangan dan menangis bersama...
Dan diakhirat nanti kita menangis bersama atas hasil perjuangan kita di tim ini

Formasi TARBAWI !!

#Salamcinta
#Untukkalian
#Pejuangtarbawi

FIP Mengaji | Ramadhan

21.08
Sumber: Ust. Dr. H. Wido Supraha

Ditulis oleh: Khairu Imamah (Staff Syiar MAF)

Kaum muslimin, jika kita berfikir tidak dengan cara pandang islam maka boleh jadi kita telah melepaskan islam dan berfikir dalam cara pandang selain islam.
Manusia perlu memiliki adab, maka disaat menyambut Ramadhan kita harus mempersiapkan bagaimana adab kita di bulan Ramadhan, dan apa saja amalan yang akan kita lakukan di bulan Ramadhan.
Sejatinya tidak ada pahala untuk berpuasa, melainkan pahala untuk amalan-amalan kita di bulan Puasa.
Puasa sejatinya adab kita terhadap Allah. Maka Allah berfirman:
"Setiap amalan anak adam adalah untuk dirinya sendiri, kecuali berpuasa, puasa itu untuk Allah dan Allah yang akan membalasnya". Jadi fokus kita bukan pada puasanya melainkan pada amalan-amalan yang kita lakukan. 
Ilustrasi bulan Ramadhan adalah seperti kita dipinjamkan oleh Allah SWT sebidang tanah yang luas. dan tanah yang luas ini begitu subur tidak seperti biasanya. maksud subur adalah apa yang kita tanam tumbuh dengan cepat, berbuah dengan lebat luarbiasa.
jika sesorang hanya sibuk dengan puasanya, maka kata Rasulullah "betapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada yang Ia dapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga". 
Ramadhan bukan berfikir hanya pada puasanya saja. melainkan berfikir yg lebih besar. yaitu dengan tujuan keluar dari bulan Ramadhan kita menjadi bagian dari solusi negeri ini.
Ramadhan dihadirkan untuk memberi kedamaian. karena hakikat'a islam itu damai maka amalan-amalan dalam islam bersifat damai..
Ramadhan hendak melahirkan manusia-manusia damai. karena saat Ramadhan manusia diajarkan untuk mampu berdamai dengan hawa nafsunya,, manusia mampu berdamai dengan cara berfikirnya.
Saat bulan Ramadhan, jangan terfokus pada puasa, sebab puasa adalah amalan khusus yg tidak diketahui manusia lainnya melainkan hanya Allah.
Jika di analogikan, di ladang yg subur yakni bulan suci ramadhan,, puasa itu adalah menyiram'a yg hanya disiram dan tidak akan tumbuh apapun. sedangkan amalan-amalan di bulan puasa adalah tanaman yg kita tanam di ladang tersebut yang dengan kondisi ladang yg subur maka nantinya tanaman tersebut akan tumbuh.
Maka dari itu hadirkan persepsi bahwa Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir bagi saya.
Berikut 10 amalan besar yg dapat kita lakukan di bulan ramadhan
1. Mengakhirkan sahur
2. Menyegerakan berbuka
3. Tilawah Al-Qur'an
4. Qiyamul Lail
5. Kerjakan amal-amal sunnah
6. Kerjakan amal-amal sholih
7. Meninggalkan perkara yang mubah
8. Banyak dzikir dan do'a
9. Lakukan zakat, infaq dan shodaqoh
10. I'tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan dan mencari-cari malam Lailatul Qadr di 10 malam terakhir Ramadhan.
 
Rasulullah SAW bersabda bahwa pada Bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 bagian diantaranya :
(1). Pada 10 hari pertama di Bulan Ramadan adalah Rahmat. Pada 10 hari itu, banyak sekali rahmat yang diturunkan Allah kepada kita. Oleh krena itu sebaiknya di 10 hari pertama ini, kita byk berdoa dan beribadah kepada Allah agar setiap hari kita berada di dalam rahmatNya.
(2) Kemudian 10 hari kedua di Bulan Ramadhan adalah maghfirah, Pada 10 hari kedua bnyak sekali dosa yg diampunkan bila kita bertaubat. Pada 10 hari kedua hendaklah kita memperbanyak sholat malam, berdoa dan dzikir,serta banyak2 bermuhasabah diri/bertaubat nasuhah. Karena pada sepuluh hari kedua ini adalah kesempatan kita untuk mengurangi dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Dan hendaknya kita berdoa dan dzikir untuk memohon ampunan Allah agar di ampuni dari dosa-dosa dan di jauhkan dari siksa api neraka.
(3). Dan sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan adalah penghindaran diri dari siksa api neraka. Sepuluh hari terakhir inilah kesempatan kita untuk menyucikan diri kita dan banyak2 berdoa agar kita senantiasa dihindarkan dari api neraka. Pada 10 hari terakhir ini terdapat pula malam lailatul Qadr, yaitu malam yang lebih mulia dari seribu bulan (QS. Al-Qadr). Oleh karena itu, hendaknya di 10 hari terakhir, kita benar – benar berjuang untuk mendapatkan lailatul Qadr. Insya Allah mudah2an bisa.
- See more at: http://birohmah.unila.ac.id/3-pembagian-bulan-ramadhan-berdasarkan-sabda-rasulullah-muhammad-saw/#sthash.CnrtTUHH.dpuf
 Rasulullah SAW bersabda bahwa pada Bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 bagian diantaranya:
1. Rahmat. 10 hari pertama merupakan pemanasan. 
2. Maghfiroh. 10 hari kedua merupakan penguatan.
3. Itkum minan nar (penghindaran diri dari siksa api neraka). Pada 10 hari terakhir ini, yang dilakukan Rasulullah adalah menghidupkan malam, mengencangkan ikat pinggang, dan membangunkan keluarganya.

Rasulullah SAW bersabda bahwa pada Bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 bagian diantaranya :
(1). Pada 10 hari pertama di Bulan Ramadan adalah Rahmat. Pada 10 hari itu, banyak sekali rahmat yang diturunkan Allah kepada kita. Oleh krena itu sebaiknya di 10 hari pertama ini, kita byk berdoa dan beribadah kepada Allah agar setiap hari kita berada di dalam rahmatNya.
(2) Kemudian 10 hari kedua di Bulan Ramadhan adalah maghfirah, Pada 10 hari kedua bnyak sekali dosa yg diampunkan bila kita bertaubat. Pada 10 hari kedua hendaklah kita memperbanyak sholat malam, berdoa dan dzikir,serta banyak2 bermuhasabah diri/bertaubat nasuhah. Karena pada sepuluh hari kedua ini adalah kesempatan kita untuk mengurangi dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Dan hendaknya kita berdoa dan dzikir untuk memohon ampunan Allah agar di ampuni dari dosa-dosa dan di jauhkan dari siksa api neraka.
(3). Dan sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan adalah penghindaran diri dari siksa api neraka. Sepuluh hari terakhir inilah kesempatan kita untuk menyucikan diri kita dan banyak2 berdoa agar kita senantiasa dihindarkan dari api neraka. Pada 10 hari terakhir ini terdapat pula malam lailatul Qadr, yaitu malam yang lebih mulia dari seribu bulan (QS. Al-Qadr). Oleh karena itu, hendaknya di 10 hari terakhir, kita benar – benar berjuang untuk mendapatkan lailatul Qadr. Insya Allah mudah2an bisa.
- See more at: http://birohmah.unila.ac.id/3-pembagian-bulan-ramadhan-berdasarkan-sabda-rasulullah-muhammad-saw/#sthash.CnrtTUHH.dpuf

Bahagia Menyambut Ramadhan

01.25

-Menjelang 7  hari menuju bulan Ramadhan-
Sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya kita senang, bahagia karena bulan Ramadhan semakin dekat. Tentu tidak hanya diungkapan dengan kata-kata, namun rasa bahagia ini juga diungkapkan dengan mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan agar ibadah makin maksimal. Hal-hal yg perlu disiapkan menyambut bln ramadhan, yaitu:👇
- Mengqadha (mengganti) puasa yang masih terhutang
- Berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan
- Mempersiapkan Ruhiyah (menyiapkan hati dan niat ikhlas)
- Mempersiapkan Ilmu (belajar tentang fiqih puasa & Ramadhan)
- Mempersiapkan Fisik (olahraga, puasa sunnah di bulan sya'ban)
- Mempersiapkan Finansial (untuk memperbanyak infaq)
- Membuat jadwal ibadah dan program kebaikan selama Ramadhan.

#BahagiaMenyambutRamadhan
#ApaPersiapanmuMenyambutRamadhan?

Oleh: Nurmaida Rahmah, S.Pd
(MPO Formasi Tarbawi 1437H)

Indahnya Ukhuwah

07.11

"..  Dan Allah yang mempersatukan hati para hamba beriman. Jikapun  kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk  mengikat hati mereka,  takkan bisa kau himpunkan hati mereka.  Tetapi Allahlah yang  telah menyatupadukan  mereka…”

Ukhuwah, inilah kalimat yang sering kita pakai untuk menandakan bahwa ikatan kita bukan hanya sekadar ikatan alumni rohis, ikatan mahasiswa, ikatan dokter dan ikatan lainnya. Tetapi, ikatan disini berarti ikatan persaudaraan yang kekal untuk menuju jannahNya yang abadi.

Teringat peristiwa 2 tahun lalu, salah seorang adik kelas di rohis tiba-tiba mengirimkan sebuah gambar yang sudah di edit olehnya. Dalam gambar itu terdapat kalimat "Ukhuwah ilal Jannah" beserta beberapa foto pengurus rohis dan alumni. Dalam hati bergumam, seketika persaudaraan ini tidak hanya sebatas Ikatan Rohis dan alumni SMA 37 yang biasa kami sebut dengan IKRIMA 37, padahal saat itu saya masih belum aktif sebagai alumni yang baru lulus SMA. Dan dari peristiwa itulah awalnya diri ini benar-benar merasakan indahnya ukhuwah.

Bicara tentang ukhuwah maka tak luput dari persahabatan. Seperti yang tertulis dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah: "Tanyakan pada Musa tentang makna persahabatan. Tentu dia memiliki seindahindahnya  jawaban. Setidaknya dari permohonan nya pada Alloh, kita tahu bahwa Musa meminta kepada Alloh agar Harun dijadikan  penguat di sisinya, atas segala kelemahan yang dimilikinya. Ya, mengemban risalah  dengan kesulitan-kesulitan  diri seperti seorang Musa membuat sahabat menjadi  hajat yang mendesak."

Salah seorang penulis juga membuat sebuah ungkapan mengenai persahabatan. Bahwa "PERSAHABATAN bukanlah pelangi, yang indah hanya sekejap. PERSAHABATAN bukan pula matahari, yang menemani setengah hari. PERSAHABATAN adalah hati yang melekat dalam diri dan akan ada dalam jiwa. PERSAHABATAN bukan pula BULAN yang nampak indah hanya saat PURNAMA. Ia seperti UDARA yang kita hirup saat terlelap dan terjaga" -Umar Hidayat-

Ya, seperti itu lah indahnya persahabatan. Bagaimana perasaan kita jika kita bisa berukhuwah? Pasti bangga bukan?. Maka, pantaslah seorang Umar bin Khaththab melantunkan kata: "Aku tidak mau hidup lama di dunia yang fana ini krcuali karena tiga hal; keindahan berjihad di jalan-Nya, repotnya berdiri Qiyamul Lail, dan indahnya bertemu dengan sahabat lama" Seperti itulah ungkapan salah satu sahabat Rasul.

Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah islamiyah antara lain ada 5 :

1. Ta’aruf (Saling Mengenal) : ini adalah tingkatan yang paling dasar dalam ukhuwah. Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Seoerti kalau kita kenalan dengan orang pertama kalinya, kita tanya alamat, no HP dsb

2. Tafahum (Saling Memahami) : proses ini berjalan secara alami. Seperti bagaimana kita memahami kekurangan dan kelebihan saudara kita. Sehingga kita bisa tahu apa yang di sukai dan tidak di sukai, menempatkan posisi seperti apa bila kita bersamanya dsb.

3. Ta’awun (Saling Menolong) : lahir dari proses tafahum tadi. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal ( saling Bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Karena manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan org lain.

4. Takaful (Saling Menanggung) : rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Ketika ada saudara yang mempunyai masalah, maka kita ikut menanggung dan menyelesaikan masalahnya tersebut. Contoh mudah nya, ketika teman kita belum mampu membayar SPP bulan ini, maka kita menanggung biaya nya tersebut. Dsb.

5. Itsar (Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri) : ini adalah tingkatan tertinggi dalam ukhuwah. Tingkatan iman nya para sahabat. Banyak hadist yang menunjukkan itsar ini. Seperti ketika dalam suatu perang, salah seorang sahabat sangat kehausan. Kebetulan ia hanya tinggal mempunyai 1 kali jatah air untuk minum. Saat akan meminum nya, terdengar rintihan sahabat lain yang kehausan. Maka air tersebut ia berikan kepada sahabat yg kehausan itu. Saat mau meminumnya terdengar sahabat lain lagi yang merintih kehausan. Kemudian ia berikan air tersebut kepada sahabat itu. Begitu seterusnya sampai air tersebut kembali kepada si pemilik air pertama tadi. Akhirnya semua syahid.

"Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri (HR. Bukhari-Muslim)."

Oleh:
Muchlis Mudzofar
(Mas'ul Formasi Tarbawi 1437H)

Urgensi Menjadikan Diri Teladan yang Baik Dalam Amal Jama'i

Urgensi Menjadikan Diri Teladan yang Baik Dalam Amal Jama'i

06.24

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makhruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran: 104)

Dalam ayat ini Allah telah mengisyaratkan untuk kita melakukan amalan dengan cara bersama-sama atau yang biasa kita sebut dengan Amal jama’i. Dengan berjama’ah, dakwah akan menjadi ringan, didalam berjama’ah pula terdapat banyak pahala yang mengalir.

Mari kita belajar dari bangsa semut, dimana mereka tidak dapat membuat sarang atau menyimpan makanan tanpa adanya kerjasama, betapa mereka ulet dan saling bergotong royong dalam bekerja. Bahkan bila seekor semut bertemu dengan kawannya dia berhenti sejenak dan saling besalaman.

Apakah masih ada keraguan dalam diri kita untuk melakukan dan mengajak orang lain untuk beramal jama’i?

Tidakkah kita malu dengan bangsa semut?

Dalam suatu amal jama’i dibutuhkanlah sosok-sosok teladan yang  dapat memberikan inspirasi kepada orang-orang. bukan hanya seorang qiyadah yang menjadi teladan namun jundi-jundinya pun harus bisa menjadi teladan dalam amal jama’i. Teladan itu sendiri menurut kamus Mahmud Yunus adalah suatu perbuatan/prilaku baik seseorang yang ditiru/diikuti oleh orang lain, dengan istilah lain uswah.(Mahmud Yunus, 1989 : 42). Uswah dapat diartikan dengan qudwah yaitu mengikuti atau diikuti.
 
Jika seseorang yang berada disuatu lingkungan, maka keteladanan itu di perlukan dan amat penting. Keteladanan akan menjadi metode yang baik dalam membina masyarakat di lingkungan luas. Sehingga dapat menciptakan masyarakat yang  nantinya menjadi figur yang baik.
 
Rasulullah SAW adalah teladan terbaik yang pernah lahir di bumi ini. Allah SWT menggaransi hal itu melalui firman-Nya ; “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Sebagai umat yang taat perlulah kita untuk mengikuti jejak-jejak Rasulullah. Menjadi  tauladan dalam amal jama’i sangatlah penting karena ketika kita hidup dalam keadaan berjama’ah maka kita harus mewarnai jama’ah tersebut dengan hal yang baik bukan malah terwarnai dengan hal-hal yang buruk.

Keteladanan seseorang memiliki nilai yang berbeda dari tiap individu, mungkin bagi si "a" sosok "c" merupakan sosok yang teladan, tetapi  bagi "b" sosok "c" belum tentu menjadi sosok yang teladan. Oleh karena itu, Sebelum kita menjadi sosok teladan untuk orang lain, haruslah kita terlebih dahulu menjadi sosok teladan untuk diri sendiri. Dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, malakukan sunnah-sunnah Rasulullah. Apabila seseorang benar-benar mengenal Allah dan dekat dengan Allah, maka manusia pun akan ikut dekat. Banyangkan, jika yang menciptakannya saja sudah dekat apa lagi yg di ciptakan-Nya?  Allah-lah Dzat Yang Maha menggerakkan hati manusia.  

Untuk menjadi teladan dalam suatu amal jama'i banyak cara yang bisa kita lakukan, salah-satu cara sederhananya adalah, apabila ada rapat atau acara, baik kita sebagai qiyadah atau jundi maka usahakan untuk datang tepat waktu, karena datang tepat waktu mencerminkan kedisiplinan dalam diri seseorang.

Seorang yang teladan dalam amal jama’i pun harus mempunyai hubungan yang baik dengan sesama manusia, jangan sampai sosok yang teladan itu menciptakan masalah dengan orang lain, jikalau memang ada masalah, maka harus segera di tabayunkan atau diluruskan kembali hubungannya agar tidak mengganggu atmosfer di dalam amal jama’i itu sendiri.

Seorang teladan tetaplah manusia biasa yang pasti memiliki kekhilafan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. maka dari itu sosok yang teladan haruslah bisa menerima kritikan orang lain dan harus terus memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi, janganlah cepat puas dengan apa yang kita miliki.

Sudahkah kita menjadi sosok yang teladan?

Oleh:
Khansa Mufidah Fillah
(Staff Kaderisasi MAF)

Guruku Sayang Guruku Malang

17.05

Guruku Sayang Guruku Malang

Oleh: Aprilia Kartikawati (Staff Biro Kemuslimahan)

Assalamu’alaikum,
Sahabat-sahabatku, apakah kalian mengingat masa kalian SD, SMP, SMA ? Apakah yang paling kalian rindukan pada masa itu? Apakah kalian ingat saat dihukum oleh guru karena tidak mengerjakan PR, berisik dikelas, keluar kelas saat jam belajar? Apakah kalian membenci guru kalian?
Apa yang ada dibenak kalian saat mendengar kata guru? Apa yang ada di benak kalian saat mendengar kata ilmu? Apakah menurut kalian pekerjaan seorang guru itu mulia? Ya jawaban itu benar adanya, “Niscya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman  di antara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan” (surat Al Mujadilah : 11), junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W sangatlah menghargai orang berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” (HR Abu Dawud). Sebegitu besarnya agama kita yakni islam menjunjung tinggi ilmu dan orang-orang yang berilmu terlebih jika mereka membagikan ilmu mereka.
Surat Al Mujadilah dan HR. Abu Dawud hanyalah dua contoh dari sekian banyak keutamaan ilmu termasuk orang-orang di dalamnya, lantas bagaimana dengan dunia nyata? Dunia yang kita namakan Bumi pertiwi ini? Dunia tempat kita dikandung, dilahirkan, dibesarkan dan dididik ? Siapakah yang mengajari kita membaca, menulis, berhitung, mengetahui berbagaimacam rumus fisika, kimia, biologi, akuntansi, sosiologi. Siapakah yang mengajari kita sampai menjadi seorang dokter, doktor, ahli kimia, psikiatris, konselor, anggota DPR, paspampres, polisi, TNI dan sebagainya? Apakah kita pernah menengok kembali kondisi orang yang pernah mengajari kita? Apakah ilmu yang mereka berikan masih melekat dan bahkan berguna bagi kita?
Miris-miris-miris itulah kondisi guru, pendidik, orang yang telah menjadikan kita hebat, kita terlalu melihat guru-guru yang bergaji besar, sehingga kita lupa dengan nasib guru-guru di daerah terpencil, ketika Terdapat sedikit masalah pada peserta didik, kita selalu menuding guru yang salah, namun ketika peserta didik berhasil, guru tak pernah disinggung, padahal siapa yang menjadikan anak kita berhasil? Nabi Muhammad sangat menghargai guru, memang benar kita hanyalah manusia biasa, tetapi bukankah setidaknya kita menghargai mereka?
Kita ingin menjadikan bumi pertiwi ini menjadi bumi yang berilmu, namun tak pernah kita menghargai orang berilmu, orang besar berdasi disana lebih mengatakan bahwa kehidupan guru sudah baik, apakah yang dimaksud baik? Ketika tak sedikit guru yang harus berhutang sana-sini untuk memenuhi kebutuhannya, tak sedikit guru yang merangkap sebagai tukang ojek, tak sedikit guru yang membuka jasa les guna menghidupi keluarganya.
Guru yang bekerja mati-matian guna mendidik anak bangsa justeru memiliki gaji lebih kecil daripada para artis yang notabene mengajari anak ikut geng motor, pacaran bahkan melawan orang tua justeru mendapat gaji lebih besar. Malang bukan nasibnya? “Kini bukannya zaman Nabi Muhammad, S.A.W. Kini zaman pasca modern, semuanya harus menghasilkan uang.” Artis yang mengejek simbol negara kita Pancasila, dijadikan raksasa, sedangkan guru yang mengajarkan kita arti Pancasila justru di kerdilkan oleh orang-orang berdasi.
Teruntuk guruku, tenanglah guruku sayang nasibmu di dunia sungguh malang, namun engkau harus ingat bahwa ada tiga amalan yang tak akan pernah putus meski engkau telah tiada. “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara yaitu : Amal Jariyah, ilmu yang bermanfaat  dan doa anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Teruntuk sahabatku apakah kita akan tetap diam melihat kedzaliman yang mereka lakukan pada orang yang telah mendidik kita? Apakah kita hanya tompang dagu sampai orang itu berteriak kesakitan? Apakah kita hanya akan melihat aksi demo mereka sebagai tontonan di televisi? Tidak, tidak sekali lagi tidak,  lantas apa yang akan kita lakukan sebagai seorang pemuda yang nantinya akan memimpin negeri ini? Apakah kalian ingat dengan potongan ayat ini? “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat. “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kamu senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al Baqarah : 30). Apakah kalian ingin seperti yang dikatakan oleh Para Malaikat? Ataukah kalian ingin seperti yang sudah menjadi kehendak Allah, s.w.t? Hidup itu adalah pilihan engkau sahabatku, namun nasib bumi pertiwi, nasib pendidikan ini ada di tangan para pemuda, siapa para pemuda itu? Kita!

Wassalamu’alaikum
Sekian Terima kasih

Hormati gurumu
Sayangi temanmu
itulah tanda kau murid berprestasi

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL ^^

Menyambut Seruan Dakwah

Menyambut Seruan Dakwah

22.41

Bismillahirrahmanirrahiim..

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal: 24)

Ikhwah fillah, Allah sudah menegaskan dalam firman-Nya untuk bersegera dalam kebaikan, dalam menyeru panggilan dakwah.

Sungguh beruntung orang-orang yang apabila ada panggilan dakwah maka segera tergerak hatinya untuk bersegera menunaikannya karena ia termasuk orang beriman. 

Namun, kesigapan dalam menyeru panggilan dakwah tersebut tidaklah seketika muncul dengan tiba-tiba melainkan karena buah dari ke-iman-an kepada sang Khalik. Kesigapan itu lahir pada orang yang menghargai waktu, tak pernah melalaikan kewajibannya dan merupakan hakikat dari pemeliharaan langsung dari Allah (Ri’ayah Rabbaniyah). 

Maka mari kita merenung sejenak. Bagaimanakah Ruhul Istijabah kita saat ada panggilan dakwah? Sudahkah kita mendapat Ri’ayah Rabbaniyah tersebut? Sebagai da’i, sudahkah kita menjadi qudwah dalam hal Ruhul Istijabah? Sudahkah kita menjadi perantara ummat dalam pewarnaan Shibgoh-Nya?

Kekuatan inilah yang membuat respon Umair bin Hamam tatkala ia mendengar sabda Rasulullah “Quumuu ilaa jannatin ‘arduhas-samawaatu wal ardl” (Bangkitlah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi). Maka ia mengucapkan “Bakh-Bakh” (ungkapan takjub terhadap kebaikan dan pahala). Semata-mata karena ingin menjadi penghuni surga, ia segera membuang beberapa biji kurma yang sedang dikunyahnya sambil berkata, “La-in anaa hayiitu hattaa aakula tamaraati haadzhi: innahaa lahayaatun thowilah.”(jika saya hidup sampai selesai makan kurma-kurma ini, oh betapa lamanya). Lalu ia maju hingga gugur di perang Badar.

Begitu bersegeranya Umair bin Hammam saat mendengar sabda Rasulullah. Namun bagaimana dengan kita? Sudahkah kita seperti itu?

Sementara, bagaimana ummat kita akan menyentuh ummat, jika para da’i/ah nya saja tidak bersegera dalam menyambut dakwah? bisa saja ummat berkata “ah para da’i dalam acara tersebut saja berleha-leha dalam menyiapkan agenda kebaikan itu. Bagaimana kami akan hadir jika para da’inya tidak bisa menjadi contoh yang baik. Naudzubillahi min dzalik..

Ikhwah fillaah.. sebanyak apapun tugas kuliah kita saat ini, segarang apapun dosen kita saat ini, sesibuk apapun kita saat ini, apapun beban kehidupan dunia yang kita hadapi, apapun bentuknya, jangan sampai membuat kita kehilangan kepekaan dan kesigapan memenuhi seruan dakwah.

Ingatlah selalu kecaman Allah dan Rasulullah terhadap orang-orang munafik yang selalu mencari-cari alasan untuk menghindar dari kebutuhan berdakwah, dengan alasan telat hadir lah bahkan tidak bisa hadir. Sungguh Allah Maha Tahu, Maha Melihat dan Allah sebaik-baik saksi.

“Mereka (orang-orang munafik yang tidak ikut berperang) akan mengemukakan alasannya kepadamu ketika kamu telah kembali kepada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Janganlah kamu mengemukakan alasan; kami tidak percaya lagi kepada kamu, sungguh, Allah telah memberitahukan kepada  kami tentang beritamu. Dan Allah akan melihat pekerjaanmu, (demikian pula) Rasulnya, kemudian kamu dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. At-Taubah: 94)

Ingin berada dalam golongan manakah kita?

Oleh: Dinda (Kadept. Huda Tarbawi)