Story of The Second Khalifah

20.02

Pemateri : Ust. M. Arif
[Press Release Kajian #Sans]
Jakarta, 28 Mei 2018 – Pada hari ini Pasukan KOPHASKA yang berada di bawah naungan Departemen Syi’ar, salah satu departemen yang ada pada Lembaga Dakwah Fakultas Formasi Tarbawi telah mengadakan kajian islam rutin mereka yang bernama #Sans. Kajian ini dilaksanakan pada hari Kamis 28 Mei 2018, pukul 16:00 s.d 17:30 yang bertempat pada selasar Lt. 3 Musholla Tarbiyatul ‘Ilmy, Gedung Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ.
Pada Kajian kali ini, dibawakan sebuah tema yang berjudul " Story of The Second Khalifah ". Narasumber pada kajian ini ialah Ust. M. Arif akan membahas tentang kisah hidup seorang khilafah bernama Umar Bin Khattab
Umar Bin Khattab dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani sebelum memeluk Islam. Umar bin Khaththab, nama yang akrab didengar bagi umat Islam. Sahabat Nabi yang juga Khalifah Kedua Islam. Kisah hijrahnya ‘Umar ke dalam Islam merupakan kisah yang mahsyur. ‘Umar merupakan sosok yang disegani, berperawakan tinggi besar, seorang yang keras hingga lawan pun takut dibuatnya.
Potensi luar biasa ‘Umar bin Khaththab tentunya akan menjadi kekuatan besar bagi Islam, hingga Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah, perkuatlah Islam dengan salah satu dari dua ‘Amr yang lebih Kau cintai: ‘Umar ibn Al Khaththab atau ‘Amr ibn Hisyam.” Maka, Allah lebih ridha ‘Umar Ibn Khaththab yang memeluk Islam ketimbang ‘Amr Ibn Hisyam alias Abul Hakam atau Abu Jahl.
Bermula dari suara adiknya, Fathimah binti Khaththab yang membacakan surah Thaahaa, ‘Umar marah hingga melukai adiknya. Namun, ia malah membaca lembaran surah Thaahaa yang dibaca adiknya. Di sinilah momen hidayah muncul. ‘Umar akhirnya mendatangi Rasulullah yang sedang berada di rumah Arqam Ibn Abi Arqam.
‘Umar sempat dihadang Hamzah Ibn Abdul Muthallib sebelum akhirnya bertemu Rasulullah dan mengatakan dua kalimat syahadat. Allahu Akbar! Maka inilah salah satu kemenangan Islam kala itu. Islam kala itu telah memiliki Hamzah sang “Singa Padang Pasir”, lalu bertambah kuat dengan ‘Umar Ibn Khaththab.
Hijrahnya ‘Umar ini menjadi kabar gembira bagi kaum Muslimin. Kaum Muslimin lebih berani menunjukkan keislamannya. Masuknya ‘Umar ke dalam Islam ini sebagaimana yang dikatakan ‘Abdullah Ibn Mas’ud, “Masuknya Umar dalam Islam adalah pembukaan. Hijrahnya adalah kemenangan, kekuasaannya adalah rahmat. Sungguh kami menyadari diri kami sebelumnya tidak mampu melaksanakan shalat di Ka’bah hingga Umar masuk Islam. Ketika masuk Islam, ia memerangi mereka dan membiarkan kami shalat.”

Hijrahnya ‘Umar merupakan berkah, maka sang Nabi pun bersabda, “Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba dan dia terlihat begitu lemah menarik timba tersebut, -semoga Allah Ta’ala mengampuninya-. Setelah itu datanglah Umar Ibn Khaththab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk unta-unta mereka.”
Kepemimpinan beliau adalah suatu teladan dan juga diimpikan. Ketegasan, fisik yang kuat, wibawa, cermatnya dalam mengambil keputusan, dan keberanian yang semuanya dilingkupi oleh cahaya Islam merupakan sebuah kemenangan.
Di bawah kepemimpinannya, kejayaan Islam terus berkembang dan bertambah besar pengaruhnya. Pada masanya, Islam berekspansi hingga wilayah kekuasaan Islam meliputi seluruh Jazirah Arab, Palestina, Syria, sebagian wilayah Persia, Mesir, Kufah, Basrah, hingga beberapa bagian Afrika.
Inilah hijrahnya ‘Umar Ibn Khaththab, yang keputusannya memeluk Islam menjadi kemenangan bagi islam. Dialah yang berani merubah dakwah sembunyi-sembunyi menjadi dakwah terang-terangan. Umar Al-faruq adalah sosok orang yang wara’, sangat teliti dan sangat hati-hati terhadap dosa-dosa yang kecil. Bahkan Ia sangat takut akan neraka.
Seringkali ia menangis, mengingat dosa-dosanya sewaktu ia belum hijrah. Umar dulu adalah orang yang begitu bengis dan kejam, sehingga rela mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Karena saat masa jahiliyah, memiliki anak perempuan adalah aib terbesar sehingga harus dibunuh. Selain itu, Umar yang dulu adalah orang yang begitu kuat untuk mempertahankan ajaran nenek moyangnya terdahulu.
Maka ketika Umar masuk Islam. Kaum muslimin seakan memperoleh kekuatan baru yang begitu luar biasa dahsyat. Hal ini berhubungan dengan dikabulkannya doa Rasul “Ya ALLAH, Muliakanlah Islam dengan masuknya salah seorang dari dua Umar, yakni Umar bin Khattab dan Amr bin Hisyam (Abu Jahal)”.
Suatu hari, Rasul melakukan perjalanan Mi’raj menghadap ALLAH SWT, malaikat Jibril memperlihatkannya taman-taman syurga. Rasulullah melihat sekumpulan bidadari yang saling bercengkerama. Ada seorang bidadari yang tampak begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu tampak menyendiri dan sangat pemalu. Rasulullah bertanya kepada Jibril “Wahai Jibril bidadari siapakah itu?”

Malaikat Jibril menjawab,

“Bidadari itu diperuntukkan untuk sahabatmu, Umar RA. Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dengan yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena Umar selalu memenuhi kehendak ALLAH SWT, maka saat itu juga ALLAH SWT menjadikan seorang bidadari untuknya yang sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya.”
Itulah Umar Al-Faruq sosoknya yang pemberani, tegas, namun selalu wara’. Bahkan setan pun tak berani mendekatinya. Semoga kita bisa mengamalkan segala kebaikan yang dicontohkan beliau. Aamiin.
Umar adalah sosok yang pertama kali mendirikan baitul mal. Dan di zaman Umar dapat menaklukan Persia dan Yerusalem. ‘Umar Ibn Khaththab, Khalifah Kedua Islam sekaligus pencetus penanggalan Hijriah.
Setelah penyampaian materi yang bermanfaat oleh narasumber dilakukanlah sesi tanya jawab bagi para peserta yang ingin bertanya. Dipilih 2 penanya masing masing dari ikhwan dan akhwat untuk menyampaikan pertanyaan kepada sang narasumber yang nantinya dijawab oleh narasumber.
Usai sesi tanya jawab, kajian ditutup dengan pemberian goodie bag oleh Mas’ul Tarbawi dan beberapa sambutan penutup oleh pembawa acara hingga akhirnya para peserta kajian meninggalkan tempat kajian dengan tertib

3/7/2018



Tambahan sumber dan referensi:



Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Disqus
Tambahkan komentar Anda

Tidak ada komentar

Jazakumullah khairan, atas komentarnya ikhwah!